NANAS
( Ananas comosus )
1. SEJARAH SINGKAT
Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah Ananas
comosus. Memiliki nama daerah danas (Sunda) dan neneh (Sumatera). Dalam
bahasa Inggris disebut pineapple dan orang-orang Spanyol menyebutnya pina.
Nanas berasal dari Brasilia (Amerika Selatan) yang telah di domestikasi disana
sebelum masa Colombus. Pada abad ke-16 orang Spanyol membawa nanas ini ke
Filipina dan Semenanjung Malaysia, masuk ke Indonesia pada abad ke-15, (1599).
Di Indonesia pada mulanya hanya sebagai tanaman pekarangan, dan meluas
dikebunkan di lahan kering (tegalan) di seluruh wilayah nusantara. Tanaman ini kini
dipelihara di daerah tropik dan sub tropik.
2. JENIS TANAMAN
Klasifikasi tanaman nanas adalah:
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Kelas : Angiospermae (berbiji tertutup)
Ordo : Farinosae (Bromeliales)
Famili : Bromiliaceae
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 2/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
Genus : Ananas
Species : Ananas comosus (L) Merr
Kerabat dekat spesies nanas cukup banyak, terutama nanas liar yang biasa
dijadikan tanaman hias, misalnya A. braceteatus (Lindl) Schultes, A. Fritzmuelleri, A.
erectifolius L.B. Smith, dan A. ananassoides (Bak) L.B. Smith.
Berdasarkan habitus tanaman, terutama bentuk daun dan buah dikenal 4 jenis
golongan nanas, yaitu : Cayene (daun halus, tidak berduri, buah besar), Queen
(daun pendek berduri tajam, buah lonjong mirip kerucut), Spanyol/Spanish (daun
panjang kecil, berduri halus sampai kasar, buah bulat dengan mata datar) dan
Abacaxi (daun panjang berduri kasar, buah silindris atau seperti piramida). Varietas
cultivar nanas yang banyak ditanam di Indonesia adalah golongan Cayene dan
Queen. Golongan Spanish dikembangkan di kepulauan India Barat, Puerte Rico,
Mexico dan Malaysia. Golongan Abacaxi banyak ditanam di Brazilia. Dewasa ini
ragam varietas/cultivar nanas yang dikategorikan unggul adalah nanas Bogor,
Subang dan Palembang.
3. MANFAAT TANAMAN
Bagian utama yang bernilai ekonomi penting dari tanaman nanas adalah buahnya.
Buah nanas selain dikonsumsi segar juga diolah menjadi berbagai macam makanan
dan minuman, seperti selai, buah dalam sirop dan lain-lain. Rasa buah nanas manis
sampai agak masam segar, sehingga disukai masyarakat luas. Disamping itu, buah
nanas mengandung gizi cukup tinggi dan lengkap. Buah nanas mengandung enzim
bromelain, (enzim protease yang dapat menghidrolisa protein, protease atau
peptide), sehingga dapat digunakan untuk melunakkan daging. Enzim ini sering pula
dimanfaatkan sebagai alat kontrasepsi Keluarga Berencana.
Buah nanas bermanfaat bagi kesehatan tubuh, sebagai obat penyembuh penyakit
sembelit, gangguan saluran kencing, mual-mual, flu, wasir dan kurang darah.
Penyakit kulit (gatal-gatal, eksim dan kudis) dapat diobati dengan diolesi sari buah
nanas. Kulit buah nanas dapat diolah menjadi sirop atau diekstrasi cairannya untuk
pakan ternak.
4. SENTRA PENANAMAN
Penanaman nanas di dunia berpusat di negara-negara Brazil, Hawaii, Afrika Selatan,
Kenya, Pantai Gading, Mexico dan Puerte Rico. Di Asia tanaman nanas ditanam di
negara-negara Thailand, Filipina, Malaysia dan Indonesia terdapat di daerah
Sumatera utara, Jawa Timur, Riau, Sumatera Selatan dan Jawa Barat. Pada masa
mendatang amat memungkinkan propinsi lain memprioritaskan pengembangan
nanas dalam skala yang lebih luas dari tahun-tahun sebelumnya.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 3/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
Luas panen nanas di Indonesia + 165.690 hektar atau 25,24% dari sasaran panen
buah-buahan nasional (657.000 hektar). Beberapa tahun terakhir luas areal tanaman
nanas menempati urutan pertama dari 13 jenis buah-buahan komersial yang
dibudidayakan di Indonesia.
5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
1) Tanaman nanas dapat tumbuh pada keadaan iklim basah maupun kering, baik
tipe iklim A, B, C maupun D, E, F. Tipe iklim A terdapat di daerah yang amat
basah, B (daerah basah), C (daerah agak basah), D (daerah sedang), E (daerah
agak kering) dan F (daerah kering).
2) Pada umumnya tanaman nanas ini toleran terhadap kekeringan serta memiliki
kisaran curah hujan yang luas sekitar 1000-1500 mm/tahun. Akan tetapi tanaman
nanas tidak toleran terhadap hujan salju karena rendahnya suhu.
3) Tanaman nanas dapat tumbuh dengan baik dengan cahaya matahari rata-rata 33-
71% dari kelangsungan maksimumnya, dengan angka tahunan rata-rata 2000
jam.
4) Suhu yang sesuai untuk budidaya tanaman nanas adalah 23-32 derajat C, tetapi
juga dapat hidup di lahan bersuhu rendah sampai 10 derajat C.
5.2. Media Tanam
1) Pada umumnya hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk pertanian cocok
untuk tanaman nanas. Meskipun demikian, lebih cocok pada jenis tanah yang
mengandung pasir, subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik serta
kandungan kapur rendah.
2) Derajat keasaman yang cocok adalah dengan pH 4,5-6,5. Tanah yang banyak
mengandung kapur (pH lebih dari 6,5) menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan
klorosis. Sedangkan tanah yang asam (pH 4,5 atau lebih rendah) mengakibatkan
penurunan unsur Fosfor, Kalium, Belerang, Kalsium, Magnesium, dan Molibdinum
dengan cepat.
3) Air sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman nanas untuk penyerapan
unsur-unsur hara yang dapat larut di dalamnya. Akan tetapi kandungan air dalam
tanah jangan terlalu banyak, tidak becek (menggenang). Hal yang harus
diperhatian adalah aerasi dan drainasenya harus baik, sebab tanaman yang
terendam akan sangat mudah terserang busuk akat.
4) Kelerengan tanah tidak banyak berpengaruh dalam penanaman nanas, namun
nanas sangat suka jika ditanam di tempat yang agak miring, sehingga begitu ada
air yang melimpah, begitu cepat pula tanah tersebut menjadi kering.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 4/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
5.3. Ketinggian Tempat
Nanas cocok ditanam di ketinggian 800-1200 m dpl. Pertumbuhan optimum tanaman
nanas antara 100-700 m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
Keberhasilan penanaman nanas sangat ditentukan oleh kualitas bibit. Nanas dapat
dikembangbiakan dengan cara vegetatif dan generatif. Cara vegetatif digunakan
adalah tunas akar, tunas batang, tunas buah, mahkota buah dan stek batang. Cara
generatif dengan biji yang ditumbuhkan dengan persemaian, (jarang digunakan).
Kualitas bibit yang baik harus berasal dari tanaman yang pertumbuhannya normal,
sehat serta bebas dari hama dan penyakit.
1) Persyaratan Benih
Bibit yang baik harus mempunyai daun-daun yang nampak tebal-tebal penuh
berisi, bebas hama dan penyakit, mudah diperoleh dalam jumlah banyak,
pertumbuhan relatif seragam serta mudah dalam pengangkutan terutama untuk
bibit stek batang. Tunas batang dan stek batang.
2) Penyiapan Benih
Benih nanas dari biji (generatif) jarang digunakan karena membutuhkan teknik
khusus dan beberapa jenis nanas tidak dapat melakukan penyerbukan sendiri dan
tidak menghasilkan biji. Cara perbanyakan secara vegetatif (tunas akar)
mempunyai ciri khusus: tunas yang tumbuh dari bagian batang yang terletak di
dalam tanah, jumlah tunas akar per rumpun relatif sedikit, bentuk daun lebih
langsing, masa remaja tunas akar relatif pendek. Cara vegetatif lain (tunas
batang) mempunyai ciri-ciri tunas yang tumbuh dari batang dan jumlah tunas per
rumpun relatif sedikit. Tunas batang mempunyai ciri-ciri tunas yang tumbuh pada
tangkai buah di bawah tangkai buah dan di atas tunas batang, jumlah tunas buah
per tanaman relatif banyak hingga mencapai 10 tunas dan ukuran tunas yang
bervariasi tergantung dari pertumbuhan tanaman. Untuk cara vegetatif dengan
mahkota buah ciri-cirinya adalah tunas yang ditumbuhkan dari mata tunas yang
non-aktif pada batang, kemudian disemaikan dalam media steril dengan perlakuan
khusus serta jumlah bibit yang dihasilkan banyak, seragam, dan mudah dalam
pengangkutan.
Penyiapan benih (bibit) untuk tanaman nanas dibedakan menjadi bibit tunas
batang dan bibit nanas dari stek. Penyiapan bibit tunas batang: memilih tunas
batang pada pohon induk yang sedang berbuah/setelah panen. Tunas batang
yang baik adalah panjang 30-35 cm. Daun-daun dekat pangkal pohon dipotong
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 5/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
untuk mengurangi penguapan dan mempermudah pengangkutan, setelah itu
biarkan selama beberapa hari di tempat teduh dan bibit siap angkut ke tempat
penanaman langsung segera ditanam.
Untuk penyiapan bibit nanas dari stek, langkah pertama yang dilakuakan adalah
memotong batang nanas yang sudah dipanen buahnya sepanjang 2,5 cm,
kemudian potongan dibelah menjadi 4 bagian yang mengandung mata tunas.
Media semai berupa pasir bersih dalam bak tanam. Bibit yang dihasilkan dengan
tinggi 25-35 cm atau berumur 3-5 bulan dicabut, ditanam di kebun. Bila bibit akan
diangkut dalam jarak jauh, akar-akarnya dibungkus dengan humus lembab.
Benih yang disiapkan harus disesuaikan dengan luas areal penanaman.
Kepadatan tanaman yang ideal berkisar antara 44.000-77.000 bibit tanaman per
Ha, tergantung jarak tanam, jenis nanas, kesuburan tanah, sistem tanam dan jenis
bibit. Penanaman dengan sistem persegi (jarak tanam 150 x 150 cm)
membutuhkan sekitar 3556 bibit bila lahan yang mangkus ditanami 80%. Atau
12.698 - 15.875 bibit pada sistem tanam kereta api dengan jarak tanam 60 x 60
cm dan jarak antar barisan sebelah kanan/kiri dari kereta api adalah 150 cm.
3) Teknik Penyemaian
Persemaian untuk nanas memerlukan perlakuan khusus. Langkah dalam
menyiapkan media semai dalam bak persemaian berupa tepung (misalnya
Rootone) pada permukaan belahan batang untuk mempercepat pertumbuhan
akar. Belahan batang pada bak persemaian disemaikan sedalam 1,5 - 2,5 cm dan
jarak tanam 5-10 cm. Kondisi media persemaian dijaga agar tetap lembab dan
sirkulasi udara baik, dengan menutup bak persemaian dengan lembar plastik
tembus cahaya (bening).
Stek batang nanas dibiarkan bertunas dan berakar. Tempat persemaian baru
yang medianya disuburkan dengan pupuk kandang disiapkan. Campuran media
berupa tanah halus, pasir dan pupuk kandang halus (1:1:1) atau pasir dengan
pupuk kandang halus (1:1). Langkah terakhir adalah memindahtanamkan bibit
nanas dari persemaian perkecambahan ke persemaian pembesaran bibit.
4) Pemeliharan Pembibitan
Pemeliharaan pembibitan/persemaian penyiraman dilakukan secara berkala
dijaga agar kondisi media tanam selalu lembab dan tidak kering supaya bibit tidak
mati. Pemupukan dilakukan dengan pemberian pupuk kandang dengan
perbandingan kadar yang sudah ditentukan. Penjarangan dan pemberian
pestisida dapat dilakukan jika diperlukan.
5) Pemindahan Bibit
Pemindahan bibit dapat dilakukan jika ukuran tinggi bibit mencapai 25-30 cm atau
berumur 3-5 bulan.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 6/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
6.2. Pengolahan Media Tanam
1) Persiapan
Penanaman nanas dapat dilakukan pada lahan tegalan atau ladang. Waktu
persiapan dan pembukaan lahan yang paling baik adalah disaat waktu musim
kemarau, dengan membuang pepohonan yang tidak diperlukan. Pengolahan
tanah dapat dilakukan pada awal musim hujan. Derajat keasaman tanah perlu
diperhatikan karena tanaman nanas dapat tumbuh dengan baik pada pH sekitar
5,5. Jumlah bibit yang diperlukan untuk suatu lahan tergantung dari jenis nanas,
tingkat kesuburan tanah dan ekologi pertumbuhannya.
2) Pembukaan Lahan
Untuk membuka suatu lahan, perlu dilakukan: membuang dan membersihkan
pohon-pohon atau batu-batuan dari sekitar lahan kebun ke tempat penampungan
limbah pertanian. Mengolah tanah dengan dicangkul/dibajak dengan traktor
sedalam 30-40 cm hingga gembur, karena, bisa berakibat fatal pada produksi
tanaman. Biarkan tanah menjadi kering minimal selama 15 hari agar tanah benarbenar
matang dan siap ditanami.
3) Pembentukan Bedengan
Pembentukan bedengan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah
untuk kedua kalinya yang sesuai dengan sistem tanam yang dipakai. Sistem
petakan cukup dengan cara meratakan tanah, kemudian di sekililingnya dibuat
saluran pemasukan dan pembuangan air. Sistem bedengan dilakukan dengan
cara membuat bedengan-bedengan selebar 80-120 cm, jarak antar bedengan 90-
150 cm atau variasi lain sesuai dengan sistem tanam. Tinggi petakan atau
bedengan adalah antara 30-40 cm.
4) Pengapuran
Derajat kemasaman tanah yang sesuai untuk tanaman nanas adalah 4,5-6,5.
Pengapuran tanah dilakukan dengan Calcit atau Dolomit atau Zeagro atau bahan
kapur lainnya dengan cara ditaburkan merata dan dicampurkan dengan lapisan
tanah atas terutama tanah-tanah yang bereaksi asam (pH dibawah 4,5). Dosis
kapur disesuaikan dengan pH tanah, namun umumnya berkisar antara 2-4 ton/ha.
Bila tidak turun hujan, setelah pengapuran segera dilakukan pengairan tanah agar
kapur cepat melarut.
5) Pemupukan
Dalam penanaman nanas dilakukan pemberian pupuk kandang dengan dosis 20
ton per hektar. Cara pemberian: dicampurkan merata dengan lapisan tanah atas
atau dimasukkan per lubang tanam. Juga digunakan pupuk anorganik NPK dan
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 7/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
urea. Nitrogen (N) sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman, fosfor
diperlukan selama beberapa bulan pada awal pertumbuhan sedangkan Kalium
diperlukan untuk perkembangan buah, khususnya nanas. Pupuk urea
penggunaannya dikombinasikan dengan perangsang pembungaan.
6.3. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanam
Pola tanam merupakan pengaturan tata letak tanaman dan urutan jenis tanaman
dengan waktu tertentu, dalam kurun waktu setahun. Dalam teknik penanaman
nanas ada beberapa sistem tanam, yaitu: sistem baris tunggal atau persegi
dengan jarak tanam 150 x 150 cm baik dalam maupun antar barisan; 90 x 30 cm
jarak dalam barisan 30 cm, dan jarak antar barisan adalah 90 cm. Sistem baris
rangkap dua dengan jarak tanam 60 x 60 cm, dan jarak antar barisan sebelah kiri
dan kanan dari 2 barisan adalah 150 cm dan jarak tanam 45 x 30 cm, dan jarak
antar barisan tanaman sebelah kiri dan kanan dari 2 barisan tanaman adalah 90
cm. Sistem baris rangkap tiga dengan jarak tanam 30 x 30 cm membentuk
segitiga sama sisi dengan jarak antar barisan sebelah kiri/ kanan dari 3 barisan
tanaman: 90 cm dan jarak tanam 40 x 30 cm dengan jarak antar barisan sebelah
kiri/kanan dari 3 barisan adalah 90 cm serta sisitem baris rangkap empat dengan
jarak 30 x 30 cm dan jarak antar barisan sebelah kiri/kanan dari 4 barisan
tanaman 90 cm.
2) Pembuatan Lubang Tanam
Pembuatan lubang tanam pada jarak tanam yang dipilih sesuai dengan sistem
tanam. Ukuran lubang tanam: 30 x 30 x 30 cm. Untuk membuat lubang tanam
digunakan pacul, tugal atau alat lain.
3) Cara Penanaman
Penanaman yang baik dilakukan pada awal musim hujan. Langkah-langkah yang
dilakukan: (1) membuat lubang tanam sesuai dengan jarak dan sistem tanam
yang dipilih; (2) mengambil bibit nanas sehat dan baik dan menanam bibit pada
lubang tanam yang tersedia masing-masing satu bibit per lubang tanam; (3) tanah
ditekan/dipadatkan di sekitar pangkal batang bibit nanas agar tidak mudah roboh
dan akar tanaman dapat kontak langsung dengan air tanah; (4) dilakukan
penyiraman hingga tanah lembab dan basah; (5) penanaman bibit nanas jangan
terlalu dalam, 3-5 cm bagian pangkal batang tertimbun tanah agar bibit mudah
busuk.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 8/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan nanas tidak dilakukan karena tanaman nanas spesifik dan tidak
berbentuk pohon. Kegiatan penyulaman nanas diperlukan, sebab ceding-ceding
bibit nanas tidak tumbuh karena kesalahan teknis penanaman atau faktor bibit.
2) Penyiangan
Penyiangan diperlukan untuk membersihkan kebun nanas dari rumput liar dan
gulma pesaing tanaman nanas dalam hal kebutuhan air, unsur hara dan sinar
matahari. Rumput liar sering menjadi sarang dari dan penyakit. Waktu
penyiangan tergantung dari pertumbuhan rumput liar di kebun, namun untuk
menghemat biaya penyiangan dilakukan bersamaan dengan kegiatan
pemupukan.
Cara penyiangan dilakukan dengan mencabut rumput dengan
tangan/kored/cangkul. Tanah di sekitar bedengan digemburkan dan ditimbunkan
pada pangkal batang nanas sehingga membentuk guludan.
3) Pembubunan
Pembubunan diperlukan dalam penanaman nanas, dilakukan pada tepi bedengan
yang seringkali longsor ketika diairi. Pembubunan sebaiknya mengambil tanah
dari selokan atau parit di sekeliling bedengan, agar bedengan menjadi lebih tinggi
dan parit menjadi lebih dalam, sehingga drainase menjadi normal kembali.
Pembubunan berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah dan akar yang keluar di
permukaan tanah tertutup kembali sehingga tanaman nanas berdiri kuat.
4) Pemupukan
Pemupukan dilakukan setelah tanaman berumur 2-3 bulan dengan pupuk buatan.
Pemupukan susulan berikutnya diulang tiap 3-4 bulan sekali sampai tanaman
berbunga dan berbuah. Jenis dan dosis pupuk yang digunakan adalah:
a) Pupuk NPK tablet (Pamafert)
1. Komposisi kandungan N-P2O5-K2O-MgO-CaO adalah 17-8-12-0-2+mikro
2. Bentuk pupuk berupa tablet, berat 4 gram setiap tablet
3. Dosisi anjuran satu tablet tiap tanaman
b) Pupuk tunggal berupa campuran ZA, TSP, atau SP-36 dan KCl
1. Dosis anjuran 1: ZA 100 kg + TSP atau SP-36 60 kg + KCl 50 kg per hektar.
Pupuk susulan diulang setiap 4 bulan sekali dengan dosis yang sama.
2. Dosis anjuran 2: mulai umur 3 bulan setelah tanam dipupuk dengan ZA 125
kg atau urea 62,5 kg + TSP atau SP-36 75 kg/ha. Pada umur 6 bulan
dipupuk kandang 10 ton/ha.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 9/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
Cara pemberian pupuk dibenamkan/dimasukkan ke dalam parit sedalam 10-15 cm
diantara barisan tanaman nanas, kemudian tutup dengan tanah. Cara lain:
disemprotkan pada daun terutama pupuk Nitrogen dengan dosis 40 gram Urea
per liter atau ± 900 liter larutan urea per hektar.
5) Pengairan dan Penyiraman
Sekalipun tanaman nanas tahan terhadap iklim kering, namun untuk pertumbuhan
tanaman yang optimal diperlukan air yan cukup. Pengairan /penyiraman dilakukan
1-2 kali dalam seminggu atau tergantung keadaan cuaca. Tanaman nanas
dewasa masih perlu pengairan untuk merangsang pembungaan dan pembuahan
secara optimal. Pengairan dilakukan 2 minggu sekali. Tanah yang terlalu kering
dapat menyebabkan pertumbuhan nanas kerdil dan buahnya kecil-kecil. Waktu
pengairan yang paling baik adalah sore dan pagi hari dengan menggunakan
mesin penyemprot atau embrat.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
1) Penggerak buah (Thecla basilides Geyer)
Ciri: kupu-kupu berwarna coklat dan kupu-kupu betina meletakkan telurnya pada
permukaan buah, kemudian menetas menjadi larva; bentuk larva pada bagian
tubuh atas cembung, bagian bawah datar dan tubuh tertutup bulu-bulu halus
pendek. Gejala: menyerang buah dengan cara menggerek/melubangi daging
buah; buah nanas yang diserang hama ini berlubang dan mengeluarkan getah,
kemudian membusuk karena diikuti serangan cendawan atau bakteri.
Pengendalian: (1) non kimiawi dengan menjaga kebersihan kebun serta
membuang bagian tanaman yang terserang hama; (2) kimiawi dengan
menyemprot insektisida yang mangkus dan sangkil, seperti Basudin 60 EC atau
Thiodan 35 EC pada konsentrasi yang dianjurkan.
2) Kumbang (Carpophilus hemipterus L.)
Ciri: berupa kumbang kecil, berwarma coklat/hitam; larva berwarna putih
kekuningan, berambut tipis, bentuk langsing berkaki 6. Gejala: menyerang
tanaman nanas yang gluka sehingga bergetah dan busuk oleh mikroorganisme
lain (cendawan dan bakteri). Pengendalian: dilakukan dengan menjaga
kebersihan kebun dan pemberian insektisida.
3) Lalat buah (Atherigona sp.)
Ciri: Lalat berukuran kecil, meletakkan telur pada bekas luka bagian buah,
kemudian menjadi larva berwarna putih. Gejala: merusak/ memakan daging buah
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 10/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
hingga menyebabkan busuk lunak. Pengendalian: (1) non kimiawi dengan
menjaga kebersihan kebun, membuang buah yang terserang lalat buah; (2)
kimiawi dengan cara disemprot insektisida yang mangkus dan sangkil, seperti
Thiodan 35 EC atau Basudin EC pada konsentrasi yang dianjurkan.
4) Thrips (Holopothrips ananasi Da Costa Lima)
Ciri: Tubuh thrips berukuran sangat kecil panjang sekitar 1,5 mm, berwarna
coklat, dan bermata besar. Gejala: menyerang tanaman dengan cara menghisap
cairan sel daun sehingga menimbulkan bintik-bintik berwarna perak; pada tingkat
serangan yang berat menyebabkan pertumbuhan tanaman muda terhambat.
Pengendalian: (1) secara non kimiawi dapat dilakukan dengan menjaga
kebersihan kebun dan mengurangi ragam tanaman inang; (2) secara kimiawi
dilakukan dengan penyemprotan insektisida: Mitac 200 EC atau Dicarol 25 SP
pada konsentrasi yang dianjurkan.
5) Sisik (Diaspis bromeliae Kerne)
Ciri: Serangga berukuran kecil diameter ± 2,5 mm, bulat dan datar, berwarna
putih kekuningan/keabu-abuan, bergerombol menutupi buah dan daun, sehingga
menyebabkan ukuran buah kecil dan pertumbuhan tanaman terhambat.
Pengendalian: dapat disemprot dengan insektisida Decis 2,5 EC atau Curacron
500 EC pada konsentrasi yang dianjurkan.
6) Ulat buah (Tmolus echinon L)
Ciri: Serangga muda/dewasa berupa kupu-kupu berwarna coklat serta larva/ulat
tertutup rambut halus dan kepalanya kecil. Gejala: menyerang buah nanas
dengan cara menggerek dan membuat lubang yang menyebabkan buah
berlubang, bergetah dan sebagian buah memotong bagian tanaman yang
terserang berat. Pengendalian dilakukan dengan mengumpulkan/membunuh ulat
secara mekanis, serta disemprot insektisida: Buldok 25 EC atau Thiodan 35 EC
pada konsentrasi yang dianjurkan
7) Hama lain: rayap, tikus, nematoda, bintil akar dan kutu tepung jeruk juga kadangkadang
menyerang tanaman nanas.
7.2. Penyakit
1) Busuk hati dan busuk akar
Penyebab: cendawan Phytophthora parasitica Waterh dan P. cinnamomi Rands.
Penyakit busuk hati disebut hearth rot, sedangkan busuk akar dinamakan root rot.
Penyebaran penyakit dibantu bermacam-macam tanaman inang, air yang
mengalir, alat-alat pertanian, curah hujan tinggi, tanah yang mengandung bahan
organik dan kelembaban tanah tinggi antara 25-35 derajat C. Gejala: pada daun
terjadi perubahan warna menjadi hijau belang-belang kuning dan ujungnya
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 11/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
nekrotis; daun-daun muda mudah dicabut bagian pangkalnya membusuk dengan
bau busuk berwarna coklat, dan akhirnya tanaman mati; pembusukan pada sistem
perakaran. Pengendalian: (1) non kimiawi dilakukan dengan cara perbaikan
drainase tanah, mengurangi kelembapan sekitar kebun, dan memotong/mencabut
tanaman yang sakit; (2) kimiawi dengan pencelupan bibit dalam larutan fungisida
sebelum tanam, seperti Dithane M-45 atau Benlate.
2) Busuk pangkal
Penyebab: cendawan Thielaviopsis paradoxa (de Seyn) Hohn atau Ceratocystis
paradoxa (Dade) C. Moreu. Penyakit ini sering disebut base rot. Penyebaran
penyakit dibantu tanaman inangnya, adanya luka-luka mekanis pada tanaman,
angin, hujan dan tanah. Gejala: pada bagian pangkal batang, daun, buah dan bibit
menampakkan gejala busuk lunak berwarna coklat atau hitam, berbau khas, atau
bercak-bercak putih kekuning-kuningan. Pengendalian: (1) non kimiawi dengan
melakukan penyimpanan bibit sementara sebelum tanamn agar luka cepat
sembuh, menanam bibit pada cuaca kering, dan menghindari luka-luka mekanis;
(2) kimiawi dengan perendaman bibit dalam larutan fungisida Benlate.
3) Penyakit Lain
Penyakit adalah busuk bercak gabus pada buah disebabkan oleh cendawan
Pinicillium funiculosum Thom, busuk bibit oleh cendawan Pythium sp., layu dan
bercak kuning oleh virus yang belum diketahui secara pasti jenisnya.
Pengendalian: harus dilakukan secara terpadu, meliputi penggunaan bibit yang
sehat, perbaikan kultur teknik budidaya secara intensif, pemotongan/pencabutan
dan pemusnahan tanaman yang sakit.
7.3. Gulma
Penurunan produksi nanas dapat disebabkan oleh banyak dan dominannya gulma
karena pemberian mulsa yang kurang baik sehingga pertumbuhan rumput subur.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Panen buah nanas dilakukan setelah nanas berumur 12-24 bulan, tergantung dari
jenis bibit yang digunakan. Bibit yang berasal dari mahkota bunga berbuah pada
umur 24 bulan, hingga panen buah setelah berumur 24 bulan. Tanaman yang
berasal dari tunas batang dipanen setelah umur 18 bulan, sedangkan tunas akar
setelah berumur 12 bulan. Ciri-ciri buah nanas yang siap dipanen:
a) Mahkota buah terbuka.
b) Tangkai ubah mengkerut.
c) Mata buah lebih mendatar, besar dan bentuknya bulat.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 12/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
d) Warna bagian dasar buah kuning.
e) Timbul aroma nanas yang harum dan khas.
8.2. Cara Panen
Tata cara panen buah nanas: memilih buah nanas yang menunjukkan tanda-tanda
siap panen. Pangkal tangkai buah dipotong secara mendatar/miring dengan pisau
tajam dan steril. Pemanenan dilakukan secara hati-hati agar tidak rusak dan memar.
8.3. Periode Panen
Tanaman nanas dipanen setelah berumur 12-24 bulan. Pemanenan buah nanas
dilakukan bertahap sampai tiga kali. Panen pertama sekitar 25%, kedua 50%, dan
ketiga 25% dari jumlah yang ada. Tanaman yang sudah berumur 4-5 tahun perlu
diremajakan karena pertumbuhannya lambat dan buahnya kecil. Cara peremajaan
adalah membongkar seluruh tanaman nanas untuk diganti dengan bibit yang baru.
Penyiapan lahan sampai penanaman dilakukan seperti cara bercocok tanam pada
lahan yang baru.
8.4. Prakiraan Produksi
Potensi produksi per hektar pada tanaman nanas yang dibudidayakan intensif dapat
mencapai 38-75 ton/hektar. Pada umumnya rata-rata 20 ton/hektar, tergantung jenis
nanas dan sistem tanam.
9. PASCAPANEN
Buah nanas termasuk komoditi buah yang mudah rusak, susut dan cepat busuk.
Oleh karena itu, setelah panen memerlukan penanganan pascapanen yang
memadai.
9.1. Pengumpulan
Setelah panen dilakukan pengumpulan buah ditempat penampungan hasil atau
gudang sortasi.
9.2. Penyortiran dan Penggolongan
Kegiatan sortasi dimulai dengan memisahkan buah yang rusak, memar, busuk, atau
mentah secara tersendiri dari buah yang bagus dan normal. Klasifikasi buah
berdasarkan bentuk dan ukuran yang seragam, jenis maupun tingkat
kematangannya.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 13/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
9.3. Penyimpanan
Penyimpanan dilakukan jika harga turun, sehingga untuk menunggu harga naik
maka dilakukan penyimpanan. Buah nanas biasanya disimpan dalam peti kemas
dalam ruangan dingin yang suhunya sekitar 5 derajat C.
9.4. Pengemasan dan Pengangkutan
Kegiatan pengemasan dimulai dengan mengeluarkan buah nanas dari lemari
pemeraman, lalu dipilih (sortasi) berdasarkan tingkat kerusakannya agar seragam.
Kemudian buah nanas dibungkus dengan kertas pembungkus lalu dikemas dalam
keranjang bambu atau peti kayu atau dos karton bergelombang. Ukuran wadah
pengemasan 60 x 30 x 30 cm yang diberi lubang ventilasi. Proses pengangkutan
dimulai dengan memasukkan peti kemas secara teratur pada alat pengangkutan,
buah nanas diangkut dan dipasarkan ke tempat pemasaran.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1.Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya nanas dengan luas lahan 1 hektar di daerah Jawa Barat
pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:
1) Biaya produksi
1. Nilai sewa tanah per tahun Rp. 2.500.000,-
2. Sprayer dan alat pertanian Rp. 600.000,-
3. Bibit 45.000 batang @ Rp. 150,- Rp. 6.750.000,-
4. Pupuk
- Pupuk kandang 20 ton @ RP. 150.000,- Rp. 3.000.000,-
- ZA 300 kg @ Rp. 1.250,- Rp. 375.000,-
- TSP (SP-36) 200 kg @ Rp. 1.800,- Rp. 360.000,-
- KCl 150 Kg @ Rp. 1.650,- Rp. 247.500,-
5. Pestisida Rp. 400.000,-
6. Pengolahan tanah borongan Rp. 1.500.000,-
7. Pemupukan & penanaman 10 HKP @ Rp.7.000,- +100 HKW Rp. 570.000,-
8. Pemeliharaan tanaman 200 HKW @ RP. 5.000,- +20 HKP Rp. 1.140.000,-
9. Panen dan pascapanen 100 HKW +10 HKP Rp. 570.000,-
10.Biaya lain-lain (tidak terduga 10%) Rp. 1.801.250,-
Jumlah biaya produksi Rp. 19.813.750,-
2) Hasil penjualan dan laba (keuntungan)
1. Produksi tahun ke-1: 75% x 45.000 x Rp 750,- /buah Rp. 25.312.500,-
2. Biaya produksi tahun ke-1 Rp. 19.813.750,-
3. Keuntungan tahun ke-1 Rp. 5.498.750,-
4. Produksi tahun ke-2: 80% x 45.000 x Rp. 750,-/buah Rp. 27.000.000,-
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 14/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
5. Biaya produksi tanpa dihitung bibit & alat pertanian tahun ke-2 Rp. 12.463.750,-
6. Keuntungan ke-2 Rp. 7.350.000,-
3) Parameter kelayakan usaha
1. B/C ratio = 1,28
10.2.Gambaran Peluang Agribisnis
Prospek komoditas buah nanas sangat besar, terutama bila nanas diolah menjadi
makanan kaleng seperti selai nanas, sirup buah nanas dan sirup kulit buah nanas.
Pabrik pengalengan buah nanas sudah banyak di bangun, diantarnya dilakukan oleh
PT Great Giant Pineapple di Lampung. Negara tujuan ekspor adalah Perancis,
Jerman, dan Amerika Serikat. Walaupun daerah penghasil nanas sudah menyebar
merata, Indonesia hingga saat ini hanya mampu mengekspor sebagian kecil saja
dari kebutuhan dunia, 5%. Padahal menurut proyeksi, kebutuhan nanas dunia tahun
1996 akan naik sebesar 5% kebutuhan dunia saat ini. Sehingga untuk memenuhi
kebutuhan ini diperlukan pasokan nanas yang sangat besar. Tentu saja hal ini akan
menjadi prospek yang baik bagi Indonesia.
Hal yang perlu untuk dicermati adalah ekspor buah nanas Indonesia meningkat
dalam 10 tahun terakhir. Ekspor Indonesia tahun 1987 sebesar 26.952 ton
meningkat menjadi 83.997 ton pada tahun 1996. Dari segi nilai, Ekspor Indonesia
pada tahun 1987 sebesar US$ 60.766 ribu pada tahun 1996. Sedangkan untuk impor
nanas Indonesia mengalami peningkatan namun dalam jumlah kecil. Impor nanas
meningkat dari 0,16 ton pada tahun 1987, meningkat menjadi 10,36 ton pada tahun
1995.
Dalam era globalisasi ini, peluang pasar dunia semakin terbuka lebar untuk semua
komoditas. Demikian juga komoditi nanas cukup besar peluang untuk memasuki
pasar dunia baik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk buah kaleng. Negaranegara
di Asia Tenggara merupakan eksportir utama buah nanas dunia. Thailand
merupakan negara eksportir terbesar pada tahun 1995, yaitu sekitar 39% dari ekspor
nanas dunia.
11. STANDAR PRODUKSI
11.1.Ruang Lingkup
Standar ini meliputi syarat mutu, cara uji, cara pengambilan contoh dan cara
pengemasan nanas.
11.2.Diskripsi
Standar mutu buah nanas sesuai dengan Standar Nasional Indonesia SNI 01-3166-
1992.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 15/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu
Nanas digolongkan dalam dua jenis mutu, yaitu mutu I dan II.
a) Kesamaan sifat varientas: mutu I=seragam; mutu II=seragam; cara uji
organoleptik.
b) Tingkat ketuaan: mutu I=tua, tidak terlalu matang dan tidak lunak; mutu II=tua,
tidak terlalu matang dan tidak lunak; cara uji organoleptik.
c) Kekerasan: mutu I=keras, mutu II=keras; cara uji organoleptik.
d) Ukuran: mutu I=seragam, diameter min. 9,5 cm; mutu II=kurang seragam; cara uji
SP-SMP-309-1981.
e) Gagang: mutu I=teropong rapi; mutu II=teropong rapi; cara uji organoleptik.
f) Mahkota: mutu I=satu, utuh rapi, ukuran normal; mutu II=tidak dipersyaratkan;
cara uji organoleptik.
g) Kerusakan (%): mutu I=maksimum 5; mutu II=maksimum 10; cara uji SP-SMP-
310-1981.
h) Busuk (%): mutu I=maksimum 1; mutu II=maksimum 2; cara uji SP-SMP-311-
1981.
i) Kadar total padatan terlarut (%): mutu I=minimum 12; mutu II=minimum 12; cara
uji SP-SMP-321-1981
j) Kotoran: mutu I=bebas kotoran; mutu II=bebas kotoran; cara uji organoleptik.
11.4.Pengambilan Contoh
1) Produk dalam ikatan/kemasan
Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan seperti terlihat di bawah ini. Dari
setiap kemasan/ikatan diambil contohnya sebanyak 5 buah nanas, dari bagian
atas, tengah dan bawah. Contoh-contoh tersebut diacak bertingkat (stratified
random sampling) sampai diperoleh minimum 5 buah untuk dianalisis.
1. Jumlah ikatan/kemasan dalam partai adalah sampai dengan 100 : jumlah
contoh 5
2. Jumlah ikatan/kemasan dalam partai adalah 101 sampai 300 : jumlah contoh 7
3. Jumlah ikatan/kemasan dalam partai adalah 301 sampai 500 : jumlah contoh 9
4. Jumlah ikatan/kemasan dalam partai adalah 501 sampai 20 : jumlah contoh 10
5. Jumlah ikatan/kemasan dalam partai adalah Lebih dari 1000 : jumlah contoh 15
(min)
Catatan: Khusus untuk pengujian kerusakan dan busuk, jumlah contoh akhir
sebanyak 100 buah. Pengujian dapat dilakukan di lapangan.
2) Produk dalam curah (in bulk)
Sekurang-kurangnya 5 contoh diambil secara acak sesuai dengan jumlah berat
total seperti terlihat di bawah ini. Contoh-contoh tersebut yang diambil dari bagian
atas, tengah dan bawahserta berbagai sudut dicampur, kemudian diacak
bertingkat (stratified random sampling) sampai diperoleh minimum 10 kg untuk
dianalisa. Dalam hal berat nanas yang diambil contohnya lebih dari 2 kg/buah,
setiap pengambilan contoh sekurang-kurangnya terdiri dari 5 buah nanas.
1. Jumlah berat lot s/d 200 kg berat : contoh minimal yang diambil 10 kg
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 16/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
2. 201 s/d 500 kg berat : contoh minimal yang diambil 20 kg
3. 501 s/d 1000 kg berat : contoh minimal yang diambil 30 kg
4. 1001 s/d 5000 kg berat : contoh minimal yang diambil 60 kg
5. Lebih dari 5000 kg berat : contoh minimal yang diambil 100 kg
Catatan: Khusus untuk pengujian kerusakan dan busuk, jumlah contoh akhir
sebanyak 100 buah. Pengujian dapat dilakukan dilapangan.
Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang telah
berpengalaman atau dilatih terlebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan suatu
badan hukum.
11.5.Pengemasan
Nanas dikemas dalam keranjang bambu, peti kayu ataupun karton dengan atau
tanpa bahan penyakit dengan berat bersih maksimum 40 kg. Atau diikat dengan tali,
masing-masing ikatan terdiri dari maksimum 10 buah nanas.
Pemberian merek untuk nanas yang dikemas dalam kemasan pada bagian luar
kemasan diberi label yang bertuliskan:
a) Nama barang.
b) Jenis mutu.
c) Nama/kode perusahaan/eksportir.
d) Berat bersih.
e) Jumlah nanas/kemasan.
f) Daerah asal.
g) Produksi Indonesia.
h) Tempat/negara tujuan.
12. DAFTAR PUSTAKA
1) AAK. 1998. Bertanam Pohon Buah-buahan. Kanisius. Yogyakarta
2) Ashari, Semeru. 1995. Holtikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia Press
(UI-Press). Jakarta
3) Badan Agribisnis Departemen Pertanian. 1999. Investasi Agribisnis Komoditas
Unggulan Tanaman Pangan dan Holtikultura. Kanisius. Yogyakarta
4) E.W.M., Verheij & R.E. Coronel. 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara II;
Buah-buahan Yang Dapat Dimakan. PT. Gramedia Pustaka Utama dan Prosea
Indonesia & European Commission. Jakarta.
5) Natawidjaja, P. Suparman. 1983. Mengenal Buah-buahan yang Bergizi. Pustaka
Dian. Jakarta.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 17/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
6) Rukmana, Rahmat. 1996. Nanas Budidaya dan Pascapanen. Kanisius.
Yogyakarta.
Jakarta, Februari 2000
Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS
Editor : Kemal Prihatman
KEMBALI KE MENU